Arin Yuniratama
Narasumber, Eri Rumsari
Kehidupan Indonesia sebelum tahun 1998 (Orde Baru)
Hari Sabtu (5/11/2016) lalu, saya melakukan
wawancara singkat dengan Eri Rumsari, seorang guru sekolah dasar, Ia lahir di Kuningan, 12 Desember 1961, lulus dari
SPG (Sekolah Pendidikan Guru) pada tahun 1980 dan mulai mengajar di sekolah
dasar pada tahun 1981 di Kuningan, Jawa Barat. Saat ini ia masih aktif mengajar
di SDN Bojong Rawalumbu XI Bekasi sejak tahun 1994.
Ada di mana
tepatnya Ibu saat sebelum tahun 1998?
Sebelum tahun 1998 saya masih tinggal di
Kuningan, Jawa Barat. Tetapi tahun 1994 saya dan
suami pindah ke Bekasi.
Bagaimana
kehidupan sebelum tahun 1998 (Orde Baru)?
Dari segi
keamanan, lebih aman jaman orde baru, jika pulang larut malam menggunakan
kendaraan umum tidak akan khawatir, tindak kriminal seperti copet tidak banyak
seperti sekarang, semuanya aman.
Tetapi HAM Indonesia pada jaman Orde
Baru bisa dikatakan kurang (baik), banyak preman yang dibunuh dan mayatnya
dibuang begitu saja di sungai. Dan juga kebebasan rakyat untuk berpendapat
sangat dibatasi, jadi kita hanya bisa tunduk terhadap pemerintah.
Bagaimana
pengalaman ibu bersekolah saat masih di jaman Orde Baru?
Hmm.. dulu ya sekolah itu belum terlalu
dianggap penting, yang penting lulus SD saja sudah cukup. Dulu waktu saya SD,
dari satu kelas yang melanjutkan ke SMP hanya sekitar 5 orang. Ada juga yang
langsung dinikahkan. Jadi dulu banyak perempuan yang menikah dini.
Karena Ibu
seorang guru, apa pendapat ibu dari segi pendidikan? Apakah ada perbedaan yang
sangat mencolok antara dulu dan sekarang?
Oh, tentu sangat berbeda. Saat saya
mengajar tahun 1980-an jumlah sekolah sangat terbatas, misalnya hanya ada satu SMP di
tiap kecamatan dan satu SMA di kabupaten, jadi siswa banyak yang tidak bisa
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, itu juga karena alasan
ekonomi. Contohnya tadi, dari tingkat SD yang melanjutkan ke SMP hanya beberapa orang,
bisa dihitung dengan jari.
Sekarang dengan adanya program
pemerintah seperti wajib belajar 9 tahun, sekolah juga sudah ditunjang dengan
fasilitas seperti gedung, alat peraga, hingga biaya pendidikan semua ditanggung
pemerintah. Jadi sekarang pendidikan sudah begitu diperhatikan, lah. Sekarang
saja setidaknya di tiap kecamatan sudah memiliki satu SMA.
Perguruan tinggi dulu juga dianggap
ekslusif, jadi anak yang bisa berkuliah dan lulus sarjana itu sebuah
kebanggaan.
Kalau bisa
memilih, lebih enak saat orde baru atau sekarang?
(Sambil tersenyum.) Wah, kalau itu masing-masing
ada positif dan negatifnya, ya. Kalau dari segi keamanan, lebih enak jaman dulu
(orde baru). Kalau dari segi ekonomi, sih, lebih enak sekarang.
Dari segi teknologi juga apalagi,
seperti komunikasi dan informasi jauh lebih baik sekarang, dengan adanya
teknologi yang semakin maju, kan, berdampak baik juga terhadap kemajuan pendidikan.
Ya, mungkin lebih enak sekarang, ya, apa-apa gampang, dan sudah menjadi mudah
semuanya.
Kesimpulan
saya, banyak sekali perbedaan antara jaman Orde Baru dan sekarang. Seperti yang
sangat mecolok adalah dari segi keamanan, pada jaman dulu semuanya aman, pulang
larut malam menggunakan kendaraan umum tidak perlu khawatir. Sedangkan sekarang
tindak kejahatan sudah banyak menyebar dan bukan hal yang aneh lagi, selain
rawan copet dan begal, tetapi juga rawan kekerasan seksual.
Dari segi
ekonomi sebetulnya relatif, jaman dulu semua harga murah tetapi kemampuan
finansial dan daya beli masyarakat juga kurang. Saat beliau kecil dulu, makan
ayam saja mungkin hanya saat lebaran dan itu juga dialami oleh teman-temannya. Sekarang
harga barang memang bisa dibilang mahal, tetapi daya beli masyarakat juga semakin
meningkat.
Ekonomi
juga akan berdampak ke masalah pendidikan, seperti yang sudah disampaikan, saat
beliau SD, dari satu kelas yang melanjutkan ke tingkat SMP hanya sekitar 5
orang, dan anak perempuan saat itu langsung dinikahkan. Alasannya selain jumlah
sekolah yang terbatas juga karena faktor ekonomi keluarga yang kurang cukup,
sedangkan saat jaman dulu satu keluarga pasti memiliki banyak anak. Dulu anak
yang bisa melanjutkan ke perguruan tinggi hanya anak tertentu dari keluarga
yang juga mampu, selain karena ekonomi yang berkecukupan juga keterbatasan
perguruan tinggi yang berlokasi hanya di beberapa kota besar. Sehingga ketika
anak itu lulus dan mendapat gelar sarjana, akan menjadi sebuah kebanggaan dan
gelarnya dianggap mewah. Sedangkan saat ini, begitu banyak sarjana yang bahkan
tidak bekerja alias pengangguran.
Saat ini,
HAM begitu dijunjung dan masyarakat diberikan wewenang untuk mengkritik
pemerintah jika kinerjanya dinilai salah dan kurang baik. Tetapi saat Orde baru,
HAM seolah dikuasai oleh pemerintah, masyarakat dibatasi untuk berpendapat dan
tidak berani mengkritik pemerintah, sehingga rakyat hanya bisa patuh dan tunduk
terhadap semua aturan dan kebijakan yang mungkin hanya menguntungkan pemerintah.
Keadaan yang berlangsung sangat lama inilah yang memicu kericuhan Mei 1998,
kerusuhan yang membuat Presiden Soeharto turun dari kursi jabatan yang sudah
menemaninya selama 32 tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar