let's follow me on twitter :)

Senin, 07 November 2016

Tugas 2 Budaya Kontemporer



Arin Yuniratama
Esai Foto: Wawancara dengan Eri Rumsari (Guru Sekolah Dasar)
Kehidupan Indonesia Sebelum Tahun 1998
Title: horizontal line

Narasumber, Eri Rumsari

Kehidupan Indonesia sebelum tahun 1998 (Orde Baru)


Hari Sabtu (5/11/2016) lalu, saya melakukan wawancara singkat dengan Eri Rumsari, seorang guru sekolah dasar, Ia lahir di Kuningan, 12 Desember 1961, lulus dari SPG (Sekolah Pendidikan Guru) pada tahun 1980 dan mulai mengajar di sekolah dasar pada tahun 1981 di Kuningan, Jawa Barat. Saat ini ia masih aktif mengajar di SDN Bojong Rawalumbu XI Bekasi sejak tahun 1994.





Ada di mana tepatnya Ibu saat sebelum tahun 1998?

Sebelum tahun 1998 saya masih tinggal di Kuningan, Jawa Barat. Tetapi tahun 1994 saya dan suami pindah ke Bekasi.



Bagaimana kehidupan sebelum tahun 1998 (Orde Baru)?

Dari segi keamanan, lebih aman jaman orde baru, jika pulang larut malam menggunakan kendaraan umum tidak akan khawatir, tindak kriminal seperti copet tidak banyak seperti sekarang, semuanya aman.

Tetapi HAM Indonesia pada jaman Orde Baru bisa dikatakan kurang (baik), banyak preman yang dibunuh dan mayatnya dibuang begitu saja di sungai. Dan juga kebebasan rakyat untuk berpendapat sangat dibatasi, jadi kita hanya bisa tunduk terhadap pemerintah.



Bagaimana pengalaman ibu bersekolah saat masih di jaman Orde Baru?

Hmm.. dulu ya sekolah itu belum terlalu dianggap penting, yang penting lulus SD saja sudah cukup. Dulu waktu saya SD, dari satu kelas yang melanjutkan ke SMP hanya sekitar 5 orang. Ada juga yang langsung dinikahkan. Jadi dulu banyak perempuan yang menikah dini.



Karena Ibu seorang guru, apa pendapat ibu dari segi pendidikan? Apakah ada perbedaan yang sangat mencolok antara dulu dan sekarang?

Oh, tentu sangat berbeda. Saat saya mengajar tahun 1980-an jumlah sekolah sangat terbatas, misalnya hanya ada satu SMP di tiap kecamatan dan satu SMA di kabupaten, jadi siswa banyak yang tidak bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, itu juga karena alasan ekonomi. Contohnya tadi, dari tingkat SD yang melanjutkan ke SMP hanya beberapa orang, bisa dihitung dengan jari.

Sekarang dengan adanya program pemerintah seperti wajib belajar 9 tahun, sekolah juga sudah ditunjang dengan fasilitas seperti gedung, alat peraga, hingga biaya pendidikan semua ditanggung pemerintah. Jadi sekarang pendidikan sudah begitu diperhatikan, lah. Sekarang saja setidaknya di tiap kecamatan sudah memiliki satu SMA.

Perguruan tinggi dulu juga dianggap ekslusif, jadi anak yang bisa berkuliah dan lulus sarjana itu sebuah kebanggaan.



Kalau bisa memilih, lebih enak saat orde baru atau sekarang?

(Sambil tersenyum.) Wah, kalau itu masing-masing ada positif dan negatifnya, ya. Kalau dari segi keamanan, lebih enak jaman dulu (orde baru). Kalau dari segi ekonomi, sih, lebih enak sekarang.

Dari segi teknologi juga apalagi, seperti komunikasi dan informasi jauh lebih baik sekarang, dengan adanya teknologi yang semakin maju, kan, berdampak baik juga terhadap kemajuan pendidikan. Ya, mungkin lebih enak sekarang, ya, apa-apa gampang, dan sudah menjadi mudah semuanya.





Kesimpulan saya, banyak sekali perbedaan antara jaman Orde Baru dan sekarang. Seperti yang sangat mecolok adalah dari segi keamanan, pada jaman dulu semuanya aman, pulang larut malam menggunakan kendaraan umum tidak perlu khawatir. Sedangkan sekarang tindak kejahatan sudah banyak menyebar dan bukan hal yang aneh lagi, selain rawan copet dan begal, tetapi juga rawan kekerasan seksual.

Dari segi ekonomi sebetulnya relatif, jaman dulu semua harga murah tetapi kemampuan finansial dan daya beli masyarakat juga kurang. Saat beliau kecil dulu, makan ayam saja mungkin hanya saat lebaran dan itu juga dialami oleh teman-temannya. Sekarang harga barang memang bisa dibilang mahal, tetapi daya beli masyarakat juga semakin meningkat.

Ekonomi juga akan berdampak ke masalah pendidikan, seperti yang sudah disampaikan, saat beliau SD, dari satu kelas yang melanjutkan ke tingkat SMP hanya sekitar 5 orang, dan anak perempuan saat itu langsung dinikahkan. Alasannya selain jumlah sekolah yang terbatas juga karena faktor ekonomi keluarga yang kurang cukup, sedangkan saat jaman dulu satu keluarga pasti memiliki banyak anak. Dulu anak yang bisa melanjutkan ke perguruan tinggi hanya anak tertentu dari keluarga yang juga mampu, selain karena ekonomi yang berkecukupan juga keterbatasan perguruan tinggi yang berlokasi hanya di beberapa kota besar. Sehingga ketika anak itu lulus dan mendapat gelar sarjana, akan menjadi sebuah kebanggaan dan gelarnya dianggap mewah. Sedangkan saat ini, begitu banyak sarjana yang bahkan tidak bekerja alias pengangguran.

Saat ini, HAM begitu dijunjung dan masyarakat diberikan wewenang untuk mengkritik pemerintah jika kinerjanya dinilai salah dan kurang baik. Tetapi saat Orde baru, HAM seolah dikuasai oleh pemerintah, masyarakat dibatasi untuk berpendapat dan tidak berani mengkritik pemerintah, sehingga rakyat hanya bisa patuh dan tunduk terhadap semua aturan dan kebijakan yang mungkin hanya menguntungkan pemerintah. Keadaan yang berlangsung sangat lama inilah yang memicu kericuhan Mei 1998, kerusuhan yang membuat Presiden Soeharto turun dari kursi jabatan yang sudah menemaninya selama 32 tahun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar